kerangka ikan paus raksasa (foto: LA Times)
LONDON – Tim peneliti asal Inggris dengan menggunakan robot penjelajah baru berhasil menemukan kerangkat paus untuk pertama kali di laut Antartika. Tim menemukan sembilan kerangka spesies laut di perairan yang berada di bumi belahan utara tersebut.
Dilansir LA Times, Senin (18/3/2013), hasil termuan yang dijelaskan melalui jurnal Deep-Sea Research II: Topical Studies in Oceanography, terungkap penemuan kerangka paus berjenis Southern Minke sepanjang 35 kaki atau sekira 10.668 meter. Penemuan ini sekaligus memberikan informasi ekosistem yang pernah dihuni oleh makhluk-makhluk raksasa itu.
Lebih lanjut peneliti menjelaskan, ketika terdapat seekor paus tenggelam ke dasar laut, maka ia akan membuat sebuah oase yang kaya bagi kehidupan laut. Hal ini pun bisa mendatangkan kebaikan pada ekosistem laut.
Penguraian kerangka paus ini tentunya telah melalui sebuah proses yang memakan waktu beberapa dekade. Mulanya, peneliti memperkirakan bahwa predetor laut seperti ikan hiu, hagfish, dan krustasea menggerogoti daging paus yang tenggelam.
Sementara itu, makhluk-makhluk laut lainnya akan memecah jaringan lunak yang tersisa. Kemudian mikroorganisme akan memecah limbah sulfida dari sisa-sisa yang ditinggalkan oleh bangkai paus tersebut.
Hal ini mendorong para peneliti untuk terus berusaha dalam mempelajari mengapa kerangka paus masih terdapat di dasar laut.
Meskipun Antartika merupakan laut di mana banyak jenis mamalia raksasa berenang dengan bebas, namun peneliti belum pernah menemukan bangkai paus dengan ukuran yang cukup besar secara kebetulan di dasar laut.
Tim peneliti menemukan sisa-sisa kerangka raksasa paus di kedalaman 4737 meter hingga 4747 meter di bawah permukaan laut. Kendati demikian, tim juga mendapati sisa-sisa tulang kecil yang hilang. Dilihat proses pembusukannya, tim peneliti memperkirakan usia kerangka ini sudah 64 tahun.
Selain menemukan kerangka tulang paus, peneliti juga menemukan sembilan spesies baru di antara jutaan mahluk hidup di laut. Termasuk jenis kerangka cacing zombie dan krustasea Isopod (Isopod Crustacean) yang mirip dengan kutu kayu.
Dilansir LA Times, Senin (18/3/2013), hasil termuan yang dijelaskan melalui jurnal Deep-Sea Research II: Topical Studies in Oceanography, terungkap penemuan kerangka paus berjenis Southern Minke sepanjang 35 kaki atau sekira 10.668 meter. Penemuan ini sekaligus memberikan informasi ekosistem yang pernah dihuni oleh makhluk-makhluk raksasa itu.
Lebih lanjut peneliti menjelaskan, ketika terdapat seekor paus tenggelam ke dasar laut, maka ia akan membuat sebuah oase yang kaya bagi kehidupan laut. Hal ini pun bisa mendatangkan kebaikan pada ekosistem laut.
Penguraian kerangka paus ini tentunya telah melalui sebuah proses yang memakan waktu beberapa dekade. Mulanya, peneliti memperkirakan bahwa predetor laut seperti ikan hiu, hagfish, dan krustasea menggerogoti daging paus yang tenggelam.
Sementara itu, makhluk-makhluk laut lainnya akan memecah jaringan lunak yang tersisa. Kemudian mikroorganisme akan memecah limbah sulfida dari sisa-sisa yang ditinggalkan oleh bangkai paus tersebut.
Hal ini mendorong para peneliti untuk terus berusaha dalam mempelajari mengapa kerangka paus masih terdapat di dasar laut.
Meskipun Antartika merupakan laut di mana banyak jenis mamalia raksasa berenang dengan bebas, namun peneliti belum pernah menemukan bangkai paus dengan ukuran yang cukup besar secara kebetulan di dasar laut.
Tim peneliti menemukan sisa-sisa kerangka raksasa paus di kedalaman 4737 meter hingga 4747 meter di bawah permukaan laut. Kendati demikian, tim juga mendapati sisa-sisa tulang kecil yang hilang. Dilihat proses pembusukannya, tim peneliti memperkirakan usia kerangka ini sudah 64 tahun.
Selain menemukan kerangka tulang paus, peneliti juga menemukan sembilan spesies baru di antara jutaan mahluk hidup di laut. Termasuk jenis kerangka cacing zombie dan krustasea Isopod (Isopod Crustacean) yang mirip dengan kutu kayu.
0 komentar:
Posting Komentar