Labels

Test Footer

Home » » Banyak mitos mengenai tabir surya. Adakalanya, faktanya malah berbanding terbalik dari mitos

Banyak mitos mengenai tabir surya. Adakalanya, faktanya malah berbanding terbalik dari mitos





Pajanan radiasi ultraviolet sinar matahari yang berlebihan dapat merugikan kesehatan. Misalnya kulit terbakar, penuaan dini, bahkan memicu penyakit kulit ganas, termasuk kanker. Sebab itu, sejumlah produsen menawarkan produk tabir surya alias sunscreen untuk menangkal efek jahat radiasi tersebut (fotoproteksi).


Menurut Hari Sukanto, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo Surabaya, fotoproteksi tidak hanya terbatas pada pemakaian tabir surya. Upaya menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan juga tak bisa diabaikan. “Gunakan pelindung terhadap paparan sinar matahari dengan baju, topi, kaca mata, dan tabir surya,” katanya dalam Simposium Pearls of Cosmetic Dermatology di hotel Borobudur, Jakarta, akhir Februari lalu.


Dalam forum yang sama, Erdina H.D. Pusponegoro, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM Jakarta, mengungkap adanya sejumlah mitos tentang fotoproteksi itu. Agar mitos itu tak terus hidup dan berkembang, ia pun membuka faktanya.




Mitos 1:
Tabir surya dengan SPF (sun protecting factor) tinggi merupakan satu-satunya yang dibutuhkan untuk perlindungan terhadap pajanan matahari.
Fakta 1:
- Tabir surya sendiri tidak dapat memberikan perlindungan sepenuhnya.
- Kebanyakan tabir surya mengalami fotodegradasi ketika terpajan sinar matahari. Tabir surya tidak dibuat untuk bertahan lebih dari dua jam di luar ruangan.
- Tabir surya tidak seefektif menghindari pajanan matahari pada pukul 11.00-16:00 dengan cara mencari tempat teduh dan mengenakan pakaian yang melindungi.


Mitos 2:
Penggunaan tabir surya dengan SPF 15 dan SPF 30 secara bersamaan dapat memberikan proteksi SPF 45.
Fakta2:
- SPF tertinggi yang digunakan, SPF tertinggi yang didapatkan. Pada kasus ini, SPF yang diperoleh 30.
- Penggunaan tabir surya dengan jumlah yang tepat lebih baik daripada penggunaan tabir surya SPF tinggi dengan jumlah yang tidak tepat.


Mitos 3:
Orang dengan kulit gelap sudah terlindungi dari matahari.
Fakta3:
- Kulit normal yang berwarna gelap hanya menawarkan SPF 4, oleh sebab itu tetap dianjurkan untuk memakai fotoprotektor.
- Semua orang, apa pun tipe kulitnya, harus melakukan tindakan perlindungan terhadap pajanan matahari. Orang dengan warna kulit yang gelap memiliki proteksi natural lebih banyak dibandingkan orang dengan warna kulit yang lebih terang.


Mitos 4:
Tanned skin (menggelapkan kulit) membuat Anda terlihat lebih sehat, menarik, dan terlindung dari kerusakan akibat sinar matahari.
Fakta4:
- Sebagian besar orang menganggap bahwa tanned skin terlihat lebih cantik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Ini hanya efek psikologis.
- Tan merupakan reaksi perlindungan kulit terhadap radiasi; merefleksikan kerusakan kulit dan kulit berusaha memberikan perlindungan dengan melanin yang terbatas pada warna kulit, rambut, dan mata untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Seiring dengan berjalannya waktu, tanned skin akan menjadi keriput, kendur, kasar, kusam, dan bernada.
- Self-tanning cream tidak memiliki efek perlindungan terhadap matahari.


Mitos 5: Mendapatkan base tan dapat mencegah seseorang mendapat sunburn.
Fakta 5:
- Base tan adalah SPF 2 untuk kulit tipe 2.
- Kebanyakan ras Kaukasia memiliki kulit tipe 2.
- Kulit yang lebih gelap (tipe 4-6) akan memiliki proteksi yang lebih tinggi dengan base tan.


Mitos 6:
Indoor tanning lebih aman karena waktu pajanan lebih pendek.
Fakta6:
- Tidak lebih aman.
- Bohlam tanning bed mengeluarkan radiasi UVA yang berpenetrasi lebih dalam ke kulit dan tidak memberikan tanda-tanda peringatan pajanan UV yang berlebihan seperti sunburn.
- Tanning bed dapat memberikan radiasi 15X lebih banyak dari cahaya matahari di siang hari.
- 20 menit di tanning bed setara dengan 3-4 jam di matahari.


Mitos 7:
Tidak perlu menggunakan tabir surya karena telah menggunakan make-up yang mengandung tabir surya.
Fakta 7:
- Banyak foundation dan make-up yang mencantumkan SPF pada kemasannya tetapi tidak menyebutkan tabir surya yang dikandung, tidak photostable, tidak mengandung UVA blocker, dan diaplikasikan dalam jumlah yang tidak mencukupi untuk mencapai SPF yang diharapkan.


Mitos 8:
Penggunaan tabir surya menyebabkan kekurangan vitamin D.
Fakta 8:
- Dalam jumlah kecil (beberapa menit setiap harinya) sinar matahari memang dibutuhkan (UVB membantu produksi vitamin D pada kulit). Sebagian besar orang mendapatkan kebutuhan vitamin D harian dari makanan.
- Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan jangka panjang tabir surya sedikit atau tidak berpengaruh pada level vitamin D, tidak menginduksi hiperparatiroid sekunder atau osteoporosis.
- Pada pasien risiko tinggi, dianjurkan pemberian suplemen vitamin D 1.000 IU/hari.


Mitos 9:
- Tabir surya dapat menyebabkan kebutaan bila mengenai mata.
Fakta 9:
- Tabir surya tidak dapat menyebabkan kebutaan. Apabila mengenai mata, bilas dengan air selama 10-15 menit. Apabila mata kemerahan, nyeri menusuk, bengkak menetap, segera hubungi dokter.


Mitos 10:
Matahari tidak berbahaya bila cuaca mendung/berkabut.
Fakta 10:
- Awan dan kabut tidak memberikan perlindungan penuh dari pajanan matahari. Sampai 80 persen cahaya matahari dapat menembus awan kecil dan kabut. Hal ini menjadi alasan untuk tetap menggunakan photoprotective cosmetic tan dalam lingkungan artifisial, seperti indoor tanning.
- Faktor seperti waktu, musim, awan, polutan, posisi dari garis bumi, pantulan permukaan seperti pasir, salju, dan air mempengaruhi intensitas cahaya matahari.




SUMBER

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Flag Counter

Twitter